Jumat, 16 Maret 2012

Kalau mau pasti mampu, namun pernahkan berpikir safety operasional prosedurenya dulu?


Pengecekan alat sebelum melakukan penelusuran gua vertikal
“kalau aman pasti akan nyaman, tapi kalau nyaman belum tentu aman”, kata-kata yang selalu saya ucapkan kepada teman-teman sewaktu melakukan kegiatan alam bebas. Kalimat yang saya kutip dari reklame di jalan raya, ketika saya melaju di daerah ring road barat Yogya.

Saya bukanlah penggiat kegiatan alam bebas yang profesional atau dibilang sudah mahir. Saya juga bukan yang berkegiatan dengan modal nekad dan kemauan saja. Saya belajar banyak dari organisasi yang saya masuki, MAPAGAMA. Sebuah organisasi pecinta alam yang mengajarkan saya banyak hal. Mulai dari safety operasional procedure ketika kita berkegiatan di alam bebas, belajar bagaimana memanajemen suatu kegiatan besar agar lancar dan aman, belajar berorganisasi, dan belajar bagaimana caranya kita bergaul satu sama lain. Saling mempelajari karakter dalam sebuah tim, dan tau bagaimana memposisikan diri.

Saya lebih menyukai mencari pengalaman dari pada sekedar belajar dari pengalaman. Di Mapagama banyak kegiatan saya ikuti, banyak mengenal alam dan orang-orang baru, pergaulan yang keras. Keras dalam kita bebas meng-ekspresikan apa yang kita inginkan dan kita pikirkan. Kita bahas bersama-sama, kita satukan tujuan kita dengan musyawarah. Tidak hanya fisik yang dilatih terus menerus, namun juga mental saya rasakan mulai berubah menjadi lebih kuat lagi.

Tulisan ini hanya salah satu wujud bahwa sampai detik ini pun saya tidak kecewa dengan ikut ke dalam organisasi pecinta alam. Sebenarnya banyak sekali kesempatan yang muncul ketika saya tergabung di organisasi pecinta alam ini. Kesempatan negatif dan juga kesempatan positif. Hanya saja, semua dikembalikan kepada diri kita masing-masing, kesempatan mana yang akan kita ambil. Tidak ada keharusan, karena ini adalah suatu proses. Proses dimana ada rasa ingin mencoba, proses ketika kita mulai memilih untuk mendalami. Bagi saya kesempatan positif pun banyak sekali hambatannya.

Kesempatan positif menurut saya adalah pengalaman berkegiatan secara aman dan nyaman dan juga belajar berorganisasi. Sebagai pecinta alam kita dapat mengaplikasikan tri dharma perguruan tinggi dalam setiap kegiatan. Pendidikan diajarkan disetiap organisasi pecinta alam sebagai bekal teori sebelum kita berkegiatan. Peningkatan skill, latihan fisik juga selalu dilakukan secara rutin untuk menjaga stamina. Peneilitian dan pengabdian pun selalu dipraktekkan di setiap kegiatan besar dengan pengemasan yang baik.

Kesempatan negatif menurut saya lagi adalah pergaulan sebagai pecinta alam. Sebagai seorang yang merdeka, memiliki kebebasan. Bebas ber-ekspresi, bebas melakukan apa yang dia mau. Pada prinsipnya adalah ketika dia tidak diganggu maka dia tidak akan diganggu. Namun budaya akan kebebasan inilah yang menjadi kebiasan buruk dengan minum minuman keras adalah minuman sehari-hari atau minuman wajib disetiap kegiatan. Berkelakuan seenak hati yang menurutnya “ya ini adalah gaya ku” yang tanpa disadari bahwa itu mengganggu orang lain. Saya senang dan menyukai gaya atau penampilan pecinta alam, yang dengan percaya diri memakai apa pun yang dia punya. Yang mudah beradaptasi dan tidak perlu bingung mau seperti apa. Namun saya tidak menyukai gaya hidupnya. Namun itu semua dikembalikan lagi ke diri kita masing-masing. Kita mau ambil kesempatan yang mana saja dengan satu tujuan yang pasti sebagai pecinta alam.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan negatif memang jelas terlihat bahkan sedah membudidaya di kalangan pecinta alam. Tapi sekali lagi, “negatif” dan “positif” disini masih sekedar asumsi saya. Tentu tidak semua orang akan sependapat. Karena baik dan buruk itu tidak ada yang pasti. Tidak seperti kita bermain matematika ketika ditanya 1 + 1 = 2.

Pecinta alam pada dasarnya adalah orang yang memahami alam, belajar hidup dari alam, dan hidup beriringan dengan alam. Tidak merusak bahkan mengotorinya. Setiap pecinta alam pasti akan berjalan dengan tiga slogan berikut. “Tidak mengambil apa pun kecuali gambar, tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak kaki, dan tidak membunuh apapun kecuali waktu”. Pecinta alam yang tidak mengerti bahkan tidak berjalan atas kalimat tersebut apakah masih pantas dinamakan pecinta alam?hem…mari kita intropeksi diri.

Sekarang ini kegiatan ekstrem atau kegiatan alam bebas banyak dilakukan oleh orang awam (tidak mengerti safety operasional prosedure). Hanya satu syaratnya, yiatu dia punya uang. Dengan uang semua dapat dilakukan. Mau arung jeram, mendaki gunung, panjat tebing, menyelam, bahkan menyusuri gua sekali pun. Mereka lupa dengan persiapan dan peralatan yang mendukung. Karena kita semua tau, resiko dari kegiatan alam bebas sanga besar. Tiap tahun saja pasti akan mendengar bahkan membaca berita di koran atau manapun berita tentang kecelakaan orang yang sedang berkegiatan di alam bebas. Seperti tenggelam di sungai saat arung jeram, meninggal saat mendaki gunung, dan sebagainya.

Teringat tulisan di poster yang tertempel di resort rinjani di Sembalun, Lombok berbunyi “Kalau pohon terakhir telah habis ditebang, dan tetes terakhir telah habis diminum, ternyata uang tidak dapat dimakan”. Apakah semua orang akan sadar tentang hal ini ??

Saya masih kurang mengerti akan hal ini, siapa yang akan disalahkan aatau siapa yang akan dimintai pertanggung jawaban. “Penikmat alam bebas yang saya bilang orang awam ini adalah orang yang ingin refreshing, dan mereka punya uang. Ada paket wisata menarik dan jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Kenapa dia tidak mencobanya, toh dia mampu membayarnya.” Tidak salah memang.

Dari orang –orang yang membuka paket wisata ini justru kalau saya lihat adalah dari orang-orang yang dulunya adalah pecinta alam juga. Karena hobinya dalam kegiatan petuangan ini, maka dia pun membuat paket wisata. Ada juga dari penduduk setempat juga. Nah disini yang perlu kita garis bawahi adalah, melihat keadaan yang seperti ini siapakah yang akan memberikan sosialisasi atau pengarahan tentang berkegiatan di alam bebas? Tentu jawabannya adalah, yang memberitahu adalah orang yang sudah tau. Dan siapakah orang yang sudah tau? Tentu pecinta alam lah yang harusnya memberikan sosialisasi dan pengarahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar