Kamis, 29 Desember 2011

pulau timang

di penghujung tahun,,,,,
Banyak sekali yang hendak merencakan berlibur..salah satu pesta menyambut tahun baru...
Bagi saya jalan-jalan adalah hobi..setiap akhir pekan selalu menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama kawan..entah itu luar kota maupun yang deket-deket aja..
Yah refreshing khan emang perlu..dan dipenguhujung tahun ini tak lengkap pabila hanya tidur dikamar di atas kasur nan empuk
Yup..bersama teman-teman merencakan liburan tahun baru ini ke pulau Timang. Tidak jauh dari kota Yogyakarta yang memang sengaja kami pilih agar tidak terlalu lama berpergian. Secara corralbase masih masuk pulau Jawa. Dikatakan timang karena pulau ini berada di pantai timang dan harus memakai gondola yang dibuat oleh nelayan setempat jika harus menyeberang kesana. Yah bisa dibayangkan ombak laut selatan yang besar, tentunya bahaya kalau melewatinya. Untuk itu nelayan sengaja membuat kereta gantung atau sering disebutnya gondola. Gondola ini dibuat sebenarnya adalah sebagai lintasan nelayan yang hendak menyeberang ke timang untuk mencari lobster.
Kereta gantung yang dibuat nelayan
Gondola atau kereta gantung ini dibuat dari kayu yang sudah agak rapuh sekarang. Talinya dari tali tambang (tali tampar biasa disebutnya) dan menggunakan beberapa katrol dari plastik yang digunakan untuk menarik atau mengulur beban (penyeberangan). Tali disangkutkan pada batuan karst yang tajam-tajam dan keras. Kurang lebih 15 menit perjalanan menuju pulau Timang. Yang disayangkan adalah umur gondola ini yang sudah hampir 3 tahun. Masyarakat setempat sedang mengusahakan untuk memperbaruhi lintasan kereta gantung ini. Pak Tukijan selaku nelayan setempat mengatakan kereta gantung ini masih layak dipakai dengan maksimal bobotnya 80 kg. Panjang lintasan kereta gantung ini kurang lebih 200meter. Semua bahan dulu adalah hasil dari iuran para nelayan Timang.
Katrol yang digunakan untuk mamudahkan lintasan kereta gantung ini bergerak

Kondisinya saat ini
Sekarang pulau pantai Timang sudah bukanlah tempat yang tidak dikenal. Beberapa TV swasta pun sudah pernah meliputnya mulai dari kehidupan para nelayan, wisata ekstrem, ataupun cara mengambil lobster. Dan ini jelaslah menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung kesini, yang akhrnya memberikan tambahan penghasilan bagi pak Tukijan (nelayan di pantai Timang ini) sebagai penarik kereta gantung untuk wisatawan.
Jalan bebatuan sekitar kurang lebih 40 menit memakai sepeda motor (yang sehat ya,,cek ban dan  sudah di servis) dengan kondisi bebatuan dan naik turun
Trus apa menariknya pantai ini???hem...
Itulah menariknya.pengorbanan kita tergantikan setelah kita menikmati pemandangan kawasan karst, dengan pantainya yang memiliki pasir putih dan masih sepi

Pantai timang yang masih perawan
Sunset
Trus yang ada di pulau Timang????
Garam di pulau Timang (yang ini kebetulan aja motret..hehe)
Lobster tangkapan nelayan

Umpan lobster yang dapat dicari di karang

Cara menyeberang
 Eitsss,,,,itulah..perjalanan singkat kita ke Timang....nantikan petualangan selanjutnya....

Rabu, 21 Desember 2011

Pulau sempu

Malang menyuguhkan beragam pariwisata mulai dari wisata alam, budaya, kulinernya hingga bahari. Tak heran bila bagi kebanyakan orang kota Malang yang sering disebut dengan "kota bunga" ini menjadi kota favorit saya,

Menuju Stasiun Malang Baru dengan kereta api matraremaja (maklum saja duitnya emang cukup untuk transportasi yang seadanya) dari Solo. Bersama dua orang teman yang memang sengaja waktu itu ingin menghabiskan pekan bersama dan tidak di kota Jogja terus-terusan. Akhirnya muncul ide ke pulau Sempu. 

Transportasi yang sangat mudah dengan biaya yang cukup murah membuat saya tergiur dan ingin segera melaksanakannya. Dengan bus patas Eka dari pertigaan Janti (Jogja)- Terminal Tirtonadi (Solo) kurang lebih 3 jam yaitu sekitar pukul 11 malam. Sengaja mengambl waktu tengah malam karena kami ingin naik kereta api ekonomi matraremaja  yang biasanya datang tengah malam bahkan bisa-bisa telat hingga 4 jam. 

Pilihan jalan kaki menuju stasiun Jebres pun kami ambil mengingat susahnya angkutan umum saat tengah malam, kurang lebih 2o menit kami berjalan menyusuri jalanan malam kota Solo. Yang terlihat waktu itu hanyalah warung angkringan dan beberapa warung lesehan yang masih buka, selain itu hening.

Sampai di jebres dan membeli tiket tibalah saatnya naik kereta api yang paling dinantikan. Hari itu adalah hari kamis, sengaja kami pilih agar jalan-jalannya lebih puas. Kereta api jurusan Jakarta- Surabaya ini selalu padat penumpang (tidak seperti sekarang yang sudah lebih rapi dan tidak ada yang berdiri). Untuk jalan-jalan di tengah gerbong pun kami tak sanggup apalagi duduk. Perjalanan kurang lebih 6 jam itu mengharuskan kami untuk dapat beristirahat di kereta agar pagi harinya ketika sampai badan kami sudah kembali segar. Pilihan yang tepat tentunya di sambungan gerbong kereta api. Itupun tidak hanya kami bertiga, masih banyak orang yang ikut berdesak-desakan. Lalu lalang pedagang yang membuat kami harus gonta-ganti tempat. Asal tau saja,, pengalaman naik kereta ekonomi selalu lebih menarik dan berbeda-beda di setiap kesempatan. Bila engkau tidak mencobanya, akan menyesalinya:)

Berkenalan dengan seorang bapak yang dulunya angkatan darat dan sedang mudk menemui keluarganya di Malang. Bertemu dengan pedagang makanan kecil hingga dia menghafal masinis dan teknisi lainnya. Bertukar pengalaman unik ketika beliau berada di semarang, dan lain-lain.
Pendek kata kereta kami telah sampai di Malang kota. Kami pun melanjutkan dengan sarapan pagi kemudian naik angkot dua kali menuju Pasar Turen. Dari pasar Turen tak lengkap bila tidak menikamati bakso di depan pasar yang begitu terkenal dengan sebutan bakso Arema. Sepanjang perjalanan baik anak kecil maupun orang tua adalah aremania..lagu-lagu mengalun dari angkot atau pun pertokoan. Dari pasar Turen kami naik angkot kecil menuju Pantai Sendang biru.

Pantai Sendang biru
Pelangi dari pantai Sendang biru


Agar perahu awet, harus di cat ulang..tapi untuk menghilangkan cat yang lama di bakar dulu
Nelayan sedang nge-cat perahunya agar awet
Jalanan yang berkelok-kelok mampu membuat badan kami saling berhimpit dengan penumpang lainnya, ya karena angkot tersebut tidak akan berangkat apabila penumpangnya tidak penuh. perjalanan kurang lebih 1,5 jam membuahkan hasil. 

Pantai sendang biru merupakan perkampungan nelayan. Setelah melakukan perijinan maka kami pun menikmati pemandangan sore itu di pantai sendang biru sekalian menantikan matahari terbenam.

Suasana yang khas karena nelayan di sore hari istirahat. Anak-anak bermain bola, beberapa nelayan sibuk nge-cat kapalnya, dan ibu-ibu yang berkumpul bercengkrama dengan keluarga mereka. Untuk sampai di pulau Sempu kami harus menyebrang menggunakan kapal nelayan dengan tarif kurang lebih 120 ribu. Berhubung kami bertiga maka kami memutuskan untuk bermalam di Sendang biru, setelah itu pagi harinya baru menyeberang sambil mencari rombongan yang sekiranya dapat kita boncengi.
Waktu sore hari itu kami habiskan dengan makan bakso penthol hingga puas dan makan ikan hasil tangkapan nelayan.

Pukul 6 pagi setelah sarapan pagi, akhirnya kami menyeberang pulau menuju Sempu. 
Petualangan pun baru dimulai disini. Berhubung saya pertama kalinya datang kesini, bayangan saya pun indah sekali. Naik perahu, trus sampai ke pulau sempu berjemur dan berenang.
Ternyata kami harus jalan kaki kurang lebih 2-3 jam ditengah hutan bakau dengan kondisi tanah yang berlumpur. (kami sarankan ke pulau Sempu ketika musim kemarau). Jalanan yang licin, lumpur yang ada beberapa yang dalem, membuatku berpikir bahwa pulau ini biasa saja. Ketika melihat air yang berwarna biru barulah saya sadar bahwa ini menakjubkan.

Segara anakan yang terlihat membiru dengan pasir putihnya. Tanpa berpikir panjang, saya pun berlari ke arah pantai tersebut dan merendam tubuh letih saya. ber-snokling ria menyusuri pulau tersebut. Berfoto-foto. Pengorbanan yang tidak sia-sia. 

Air yang jernih dengan pasir putihnya
Air laut masuk melewati batu karrang. Terdengar suaranya yang gemuruh dan air yang memancur ke atas  (sayang fotonya kurang jelas)

Nih tenda kami dilihat dari atas bukit dan segara anakan

Sore hari enaknya maen bola setelah seharian berjemur, berenang di pantai, snorkle

you can see that

Lembah Kera

mimpi?buat apa takut..jelas-jelas mimpi itu gratis

Akhirnya nyampe runner atas...

Salah saru tim kartini sedang membuat lintasan top roof

Tebing lembah kera, desa Pagak, Malang Selatan

Sedang mencoba cleaning

Bersiap turun rappling
Yah..simple but...??/
Senang dapat mengapresiasikan diri sendiri. Menyenangkan apabila kita dapat melakukan sesuai dengan yang kita inginkan. Kita impikan saat ini. Salah satu yang membuat saya tidak pernah menyesal adalah masuk dalam unit kegiatan alam bebas. Dimana anggotanya dibebaskan untuk berekspresi. Kemanapun dengan alokasi biaya yang seminim mungkin.
Masuk di oraganisasi pencinta alam bagi saya adalah hal yang baru. Ketika itu banyak anggota laki-laki ketimbang perempuan. Bukan untuk mengobrolkan gender, namun disini saya ingin bercerita batapa bahagianya saya dapat ikut berpartisipasi di dalam oraganisasi ini.
Selama ini kegiatan selalu didampingi oleh lelaki, misalnya saja hanya sekedar camping ceria. selalu didampingi laki-laki.
Kali ini,,tepatnya pada 2010 lalu saya dan 11 lagi teman perempuan saya memiliki ide yang mungkin bisa dikatakan ide gila.
Kami namakan kegiatan pertama kita ini "Kartini Mapagama". Tujuan utama adalah jalan-jalan. Tapi sebagai anggota oraganisasi pencinta alam (OPA) Mapagama tentunya bukan hal sulit untuk melakukannya. Asalkan saja ada alasan yang tepat sehingga kami dapat memakai nama Mapagama.
Mapagama merupakan OPA yang memiliki 4 macam divisi yaitu panjat tebing, gunung hutan, penelusuran gua, dan olah raga arus deras.
Ide pertama yang muncul adalah jalan-jalan ke kota Malang. Kami tertarik dengan Malang Selatan yang terkenal dengan tebingnya yang terletak di daerah Pagak. Tebing ini membentang lebar dan kokoh "the big wall" yang sering disebut tebing lembah kera. Kata teman kami (dari mapala Tursina/ UIN Malang) mengatakan bahwa untuk sampai pada tebing ini harus melewati lembah yang ditumbuhi oleh semak belukar. Karena tebing ini sering digunakan untuk memanjat seperti kebiasaan monyet, maka tebing ini disebut "tebing lembah kera"
Kurang lebih setengah jam perjalanan kami dari basecamp pendakian hingga tebing lembah kera. Banyak jalur pendakian mulai dari grade 3- 12 tingkat kesulitan di tebing ini.
Tebing ini merupakan tebing karst yang sudah tua dengan ciri-ciri batuannya yang mengeras dan licin.
Tak banyak jalur yang kami lalui hanya 3 jalur saja selama 2 hari. Namun semua itu memberikan kebanggan bagi kami karena setidaknya pernah menyentuh tebing ini.
Tim Kartini Mapagama #1

layung senja

sebuah awal yang bagi kebanyakan orang diidentikkan dengan pagi hari..bagi saya tidak ada hal yang tidak mungkin,,saya awali dengan senja dimana terjadi pada sore hari ketika layung mulai terlihat, Langit yang berwarna merah menyala waktu itu,,mengawali langkahku.

mengubah diri untuk menjadi lebih baik lagi adalah idaman setiap insan, tak terkecual saya. Menginginkan seorang yang menjadi lebih baik dalam hal perilaku maupun perkataan

Mulai dengan membagiakan cerita yang pernah saya alami atau membagi cerita yang saya ketahui
Sesuatu yang ditulis akan terkenang selamanya daripada sesuatu yang kita ingat di dalam pikiran kita. Karena otak kita memiliki kelemahan,,bersifat dinamis,,dan kalau tidak kita jaga akan menghapus kenangan yang sempat kita rasa..

nah apapun itu tulislah selagi engkau masih dapat menulis...selagi engkau masih dapat mengingat..