Senin, 09 Juli 2012

hamster mungilku


Dua ekor hamster jenis violet tiba-tiba berada di rumahku memberikan suasana dan keceriaan baru bagi keluarga di rumah. Hamster  yang bernama Deri berwarna putih bersih bermata hitam dan si Dera yang berwarna kecoklatan bermata hitam  ini kudapat dari seorang teman yang gemar memelihara hamster mulai dari jenis gold hingga violet. Berbekal pengetahuan yang dangkal tentang hamster, akhirnya kuterima saja hamster pemberiannya itu. Maklum saya bukanlah orang yang gemar memelihara binatang dalam waktu yang lama. Kupelajari bagaimana cara merawat hamster yang baik dan benar, agar hamster tidak sakit dan tidak sampai obesitas atau kegendutan. Dari makanan, hingga alas tidur dan perlengkapannya kubeli bersama temanku yang memberikanku hamster tadi.
Hal baru kuperoleh dari memelihara dua ekor hamster lucu ini, mulai dari perubahan warna atau bulu di tangan dan kaki ketika mereka kedinginan. Tingkah laku mereka ketika lapar, ketika tidur, ketika bermain, hingga ketika berantem.



Minggu, 01 Juli 2012

menuju ke kedalaman bumi


Luweng Ombo
Mendengar luweng Ombo bagi kebanyakan penggiat penelusuran gua pasti mengiranya di Pacitan, Jawa Timur. Beragam gua vertical maupun gua horizontal menyebar di pegunungan seribu. Kawasan karst yang luas membentang dari Panggang, Gunung Kidul ke timur hingga Tulung Agung Jawa Timur. Ciri karst Gunung Sewu adalah jajaran bukit karts yang menyebar di seluruh kawasan karst terutama di daerah Wonogiri, Jawa Tengah dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gua vertical sering disebut dengan luweng karena bentuknya menyerupai sumur (luweng dalam bahasa Jawa). Sebagai daerah yang terkenal dengan bentuklahan asal proses solusional, yaitu pelarutan batuan maka Gunung Kidul sering dikunjungi peneliti maupun penggiat caving dari mana pun, tak terkecuali kami. Kami yang terdiri dari tujuh orang yaitu Bekti, Fahmi, Zul, Kukuh, Adi, Incem, dan Viema adalah anggota aktif MAPAGAMA (mahasiswa pencinta alam UGM) mengadakan ekplorasi ke daerah Kemiri, lebih tepatnya adalah dusun Wates, Kemiri, Playen, Gunung Kidul. Banyak gua ditemukan di daerah ini, seperti misalnya adalah luweng Ombo yang kami telusuri waktu itu.
Luweng Ombo merupakan Sinkhole yang terbentuk atas colap atau reruntuhan dinding sehingga membentuk sumuran dengan diameter yang luas, kira-kira 60 an meter. Bentukannya menyerupai gua Jomblang, Semanu yang begitu familier di kalangan penggiat caving namun tidak selebar gua Jomblang. Dasang luweng Ombo ini pun terdapat vegetasi berupa semak belukar, dan dindingnya dipenuhi dengan lumut. Sewaktu musim hujan, dasar luweng Ombo ini digenangi air. Berhubung kami datang di musim kemarau, maka air pun tidak ada yang menggenang. Hampir sebagian besar dasar luweng Ombo ini berupa tanah gembur, yang merupakan pelapukan dari batuan kapur yang runtuh. Berbagai stalatit yang menggelantung di dinding gua dipenuhi oleh kelelawar yang ukurannya lumayan besar. Di dasarnya terdapat beberapa lubang yang diperkirakan kubangan yang dibuat oleh manusia untuk mengambil fosfat. Hal ini terlihat dari adanya jejak kaki dan kubangan yang lumayan besar, tidak seperti kubangan yang dibuat oleh hewan. Disamping itu, sewaktu kami menuruni luweng Ombo ini, di sisi kanan kami, yaitu di dinding luweng terdapat tapi tampar yang masih menggantung dan kemungkinan sudah lama terpasang di situ dikarenakan warnannya yang sudah using. Selain itu ditemukan pula sebuah webbing yang menggantung di salah satu ornament gua dengan sebuah carabiner yang sudah using pula. Di sampingnya ditemukan tangga yang terbuat dari bamboo menggelantung di tengah – tengah dinding luweng tersebut. Sungguh perjuangan yang berat menuruni luweng dengan alat seadanya dan tidak aman, “demi” dapat mengambil fosfat yang berada di dinding dan dasar gua (pikirku waktu itu). Luweng Ombo memeliki kedalaman kurang lebih 70 an meter long picth. Dengan pohon jati sebagai tambatan utama, dan di back up dengan besi yang sudah terdapat di sana, juga pohon yang kuat untuk mengampu beban kurang lebih 90 kg.
Berikut ini beberapa foto yang dapat kami ambil di luweng Ombo. Oya sebagai tambahan, di sekitar luweng terdapat camping ground atau setidaknya tanah lapang yang datar dengan rerumputan hijau yang dapat menampung hingga 12 tenda/ dome isi 6 orang. Di sekitarnya pohon kelapa, semak belukar, dan juga tegalan dari masyarakat setempat menambah menariknya daerah ini untuk dikunjungi. Dengan jarak tempuh dari Jogja hingga luweng yang tidak sampai 1,5 jam saja. Motor dapat dititipkan ketempat penduduk di rumah terakhir.

camping ground yang luas dan datar

vegetasi berupa semak belukar di dasar luweng Ombo

cahaya alamnya cocok buat latihan fotografi gua 

bergantung pada seutas tali menuruni luweng Ombo

Lokomotif yang tak lekang oleh waktu


Leri biasa orang menyebutnya. Ditemukan di daerah Maospati, Jawa Timur ketika naik bus dan terhenti karena kereta api mau lewat. Plang penutup jalan pun tak jauh dari kesederhanaan yaitu berupa bamboo yang diberi beban dengan menggunakan batu dan di tarik oelh manusia ketika sedang memberhentikan kendaraan yang lewat. Decakan kagum dari beberapa penumpang karena masih dapat melihat lokomotif dengan asapnya yang mengepul membawa tebu dengan deretran panjang. Sekitar 10 menit kami terhenti dan melihat lokomotof biru ini membawa tebu-tebu yang sangat banyak, yang kadang-kadang orang-orang di sekitarnya (petugas pabrik gula) membantu lokomotif tersebut dengan mendorong pelan-pelan. Kebetulan saya duduk tepat di delakang kursi sopir, sehingga dapat saya abadikan walau kurang jelas menggunakan kamera HP. Kurang lebih 16 gerbong berisi tebu-tebu yang akan dibawa ke pabrik gula untuk diolah menjadi gula pasir. Cukup meringankan beban daripada harus menyewa 16 truk.

Asapnya yang mengepul dan bentuknya yang unik

Mengangkut tebu dari perkebunan hingga pabrik gula