Sabtu, 31 Maret 2012

Suaramu Strata Soialmu


Strata sosial dapat ditunjukkan dari seberapa keras anda ketika berbicara dengan orang lain..Dapat juga dilihat dari bahasa yang anda gunakan. Ini adalah tulisan yang saya buat bukan untuk membicarakan mengenai suku, agama, ras. Ini hanyalah persepsi saya selama bergaul dengan teman-teman dan orang yang baru saya kenal.
Setiap tahun Yogyakarta tidak pernah sepi akan pendatang baru, entah itu turis atau pun orang yang akan mengadu ilmu ke kota pelajar ini.
Bukan dari karakter atau daerah asal mereka saya mengamati, tapi saya mengamati dari besar kecilnya suara yang dia ucapkan.
Ada golongan orang yang memiliki suara yang keras, kita sebut golongan pertama. Bahkan ketika dia berbicara di dalam ruang 4m x 4m dengan tatap muka langsung (ngobrol bareng di dalam ruang kos), suaranya mampu terdengar dari jarak minimal 3 meter atau lebih. Golongan ini termasuk orang-orang dari kelas menengah. Bisa dikatakan mereka dari keluarga yang sederhana, kecukupan, tapi tidak lebih. 
Golongan orang kedua adalah orang-orang yang ketika berbicara suranya hanya dapat didengar oleh orang yang ada di dalam satu ruang saja (asumsi ruangan 4m x 4m). Kemudian kalau ruangan ini adalah kos-kosan maka kamar disebelahnya masih dapat mendengarkan namun kurang jelas. Golongan yang seperti ini adalah kaum atas. Golongan orang-orang kaya dan terhormat. Bahkan di kehidupan sehari-harinya dia pantang untuk berteriak.
Golongan orang yang terakhir adalah orang yang ketika berbicara, suaranya mampu di dengar oleh orang yang berada di dalam suatu ruangan bersamanya dan memperhatikannya (dengan asumsi yang sama seperti sebelumnya yaitu kamar 4m x 4m). Namun kamar sebelahnya tidak mampu mendengarkan suara orang ini. Nah golongan orang ini adalah orang yang sedang berpacaran*loh:p. Salah, maksudnya adalah orang dari kelas rendahan yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Mereka mengakui menjadi golongan orang yang tidak mampu, jadi susah untuk berbicara.
Golongan pertama biasanya memiliki standar pendidikan yang lumayan yaitu tingkat SMAdan sederajat, D3, S1, atau yang belum lulus. Sedangkan golongan orang kedua adalah orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu minimal S1. Sedangkan golongan orang ketiga adalah orang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, bahkan yang putus sekolah.

Sekali lagi tulisan ini hanyalah lelucon biasa, yang dapat dijadikan menjadi hiburan yang kurang menghibur semata. 

Selasa, 20 Maret 2012

ke luar negeri bukan suatu kebanggaan apabila kita tidak dapat melihat sisi menariknya negeri kita sendiri

Suatu kebanggaan sendiri apabila kita dapat kuliah nyampe ke luar negeri. Seperti pepatah tua yang mengatakan belajarlah sampai ke negeri cina. Usia berapa pun yang namanya belajar ya belajar. Terus dan terus. Sebenarnya apa sih yang membuat bangga kuliah ke luar negeri?Apakah untuk kesombongan?Berkata kepada teman-teman seangkatannya "hei aku sudah ke luar negeri loh..kalian masih di Indonesia saja.Yang nggak menarik dan nggak maju-maju." atau upload foto dan update status..i am at amsterdam,dll.

Bolehlah berbangga diri bisa kuliah di luar negeri. Bisa belajar dari akademis yang mungkin jauh lebih baik daripada di Indonesia. Tapi ya jangan terus bersikap sombong. Justru itu adalah kesempatan emas kita untuk menggali lebih dalam lagi banggsa kita dan berusaha mempromosikan hal-hal positif dari bangsa kita Indonesia. Dengan belajar ke luar negeri adalah salah satu cara agar kita dapat memajukan bangsa kita.

Apakah tidak malu, banyak sekali orang luar Indonesia belajar di negeri kita. Mereka mempelajari budaya kita,  perilaku kita yang terkenal dengan keramah tamahannya. Mereka takjub dengan bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya dan keindahan alamnya. Dari Indonesialah mereka belajar sehingga memperoleh inovasi yang menajubkan di ilmu pengetahuan.

Sedangkan kita yang orang Indonesia asli, justru banyak yang melupakan seperti itu. Kita lupa bahwa kita memiliki norma-norma dan adat istiadat yang harus kita junjung tinggi. 

Dalam tulisan ini saya hanya sedang mengumpat salah dua teman saya yang tidak pernah melihat Indonesia sebagai negara yang modern dan memiliki kekayaan alam serta keanekaragaman budaya. Mereka tidak pernah tau bahwa setiap tempat di Indonesia ini adalah unik dan menarik. Yang mereka tau adalah kini mereka dapat S2 ke luar negeri dan berkata kepada dunia bahwa "kita merasakan keju, kita bisa ke Perancis, Belanda, dan sekitarnya hanya dengan satu visa, dan disini serba dingin, makan keju. Tak lagi makan nasi atau pun ketela, tak lagi bersama orang-orang udik(red-Indonesia). Itu mereka katakan setelah belum satu bulan tinggal di negeri seberang sana.

Awalnya saya senang dan bangga juga karena memiliki teman yang dapat belajar ke luar negeri. Namun setelah membacara coment-mereka terus terang saya miris melihat manusia yang tidak bersikap sebagaimana mestinya di tahap mahasiswa. Ke luar negeri bukannya lebih pindar namun kelakukan malah menurun.

Hal ini justru membut saya semakin semangat lagi untuk mengunjungi banyak daerah di Indonesia. Memiliki 17ribu pulau dengan karakteristiknya sendiri-sendiri. Akan kukunjungi dan aku pelajari dari alamku sendiri dari Sabang hingga Merauke.

Jumat, 16 Maret 2012

Kalau mau pasti mampu, namun pernahkan berpikir safety operasional prosedurenya dulu?


Pengecekan alat sebelum melakukan penelusuran gua vertikal
“kalau aman pasti akan nyaman, tapi kalau nyaman belum tentu aman”, kata-kata yang selalu saya ucapkan kepada teman-teman sewaktu melakukan kegiatan alam bebas. Kalimat yang saya kutip dari reklame di jalan raya, ketika saya melaju di daerah ring road barat Yogya.

Saya bukanlah penggiat kegiatan alam bebas yang profesional atau dibilang sudah mahir. Saya juga bukan yang berkegiatan dengan modal nekad dan kemauan saja. Saya belajar banyak dari organisasi yang saya masuki, MAPAGAMA. Sebuah organisasi pecinta alam yang mengajarkan saya banyak hal. Mulai dari safety operasional procedure ketika kita berkegiatan di alam bebas, belajar bagaimana memanajemen suatu kegiatan besar agar lancar dan aman, belajar berorganisasi, dan belajar bagaimana caranya kita bergaul satu sama lain. Saling mempelajari karakter dalam sebuah tim, dan tau bagaimana memposisikan diri.

Saya lebih menyukai mencari pengalaman dari pada sekedar belajar dari pengalaman. Di Mapagama banyak kegiatan saya ikuti, banyak mengenal alam dan orang-orang baru, pergaulan yang keras. Keras dalam kita bebas meng-ekspresikan apa yang kita inginkan dan kita pikirkan. Kita bahas bersama-sama, kita satukan tujuan kita dengan musyawarah. Tidak hanya fisik yang dilatih terus menerus, namun juga mental saya rasakan mulai berubah menjadi lebih kuat lagi.

Tulisan ini hanya salah satu wujud bahwa sampai detik ini pun saya tidak kecewa dengan ikut ke dalam organisasi pecinta alam. Sebenarnya banyak sekali kesempatan yang muncul ketika saya tergabung di organisasi pecinta alam ini. Kesempatan negatif dan juga kesempatan positif. Hanya saja, semua dikembalikan kepada diri kita masing-masing, kesempatan mana yang akan kita ambil. Tidak ada keharusan, karena ini adalah suatu proses. Proses dimana ada rasa ingin mencoba, proses ketika kita mulai memilih untuk mendalami. Bagi saya kesempatan positif pun banyak sekali hambatannya.

Kesempatan positif menurut saya adalah pengalaman berkegiatan secara aman dan nyaman dan juga belajar berorganisasi. Sebagai pecinta alam kita dapat mengaplikasikan tri dharma perguruan tinggi dalam setiap kegiatan. Pendidikan diajarkan disetiap organisasi pecinta alam sebagai bekal teori sebelum kita berkegiatan. Peningkatan skill, latihan fisik juga selalu dilakukan secara rutin untuk menjaga stamina. Peneilitian dan pengabdian pun selalu dipraktekkan di setiap kegiatan besar dengan pengemasan yang baik.

Kesempatan negatif menurut saya lagi adalah pergaulan sebagai pecinta alam. Sebagai seorang yang merdeka, memiliki kebebasan. Bebas ber-ekspresi, bebas melakukan apa yang dia mau. Pada prinsipnya adalah ketika dia tidak diganggu maka dia tidak akan diganggu. Namun budaya akan kebebasan inilah yang menjadi kebiasan buruk dengan minum minuman keras adalah minuman sehari-hari atau minuman wajib disetiap kegiatan. Berkelakuan seenak hati yang menurutnya “ya ini adalah gaya ku” yang tanpa disadari bahwa itu mengganggu orang lain. Saya senang dan menyukai gaya atau penampilan pecinta alam, yang dengan percaya diri memakai apa pun yang dia punya. Yang mudah beradaptasi dan tidak perlu bingung mau seperti apa. Namun saya tidak menyukai gaya hidupnya. Namun itu semua dikembalikan lagi ke diri kita masing-masing. Kita mau ambil kesempatan yang mana saja dengan satu tujuan yang pasti sebagai pecinta alam.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan negatif memang jelas terlihat bahkan sedah membudidaya di kalangan pecinta alam. Tapi sekali lagi, “negatif” dan “positif” disini masih sekedar asumsi saya. Tentu tidak semua orang akan sependapat. Karena baik dan buruk itu tidak ada yang pasti. Tidak seperti kita bermain matematika ketika ditanya 1 + 1 = 2.

Pecinta alam pada dasarnya adalah orang yang memahami alam, belajar hidup dari alam, dan hidup beriringan dengan alam. Tidak merusak bahkan mengotorinya. Setiap pecinta alam pasti akan berjalan dengan tiga slogan berikut. “Tidak mengambil apa pun kecuali gambar, tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak kaki, dan tidak membunuh apapun kecuali waktu”. Pecinta alam yang tidak mengerti bahkan tidak berjalan atas kalimat tersebut apakah masih pantas dinamakan pecinta alam?hem…mari kita intropeksi diri.

Sekarang ini kegiatan ekstrem atau kegiatan alam bebas banyak dilakukan oleh orang awam (tidak mengerti safety operasional prosedure). Hanya satu syaratnya, yiatu dia punya uang. Dengan uang semua dapat dilakukan. Mau arung jeram, mendaki gunung, panjat tebing, menyelam, bahkan menyusuri gua sekali pun. Mereka lupa dengan persiapan dan peralatan yang mendukung. Karena kita semua tau, resiko dari kegiatan alam bebas sanga besar. Tiap tahun saja pasti akan mendengar bahkan membaca berita di koran atau manapun berita tentang kecelakaan orang yang sedang berkegiatan di alam bebas. Seperti tenggelam di sungai saat arung jeram, meninggal saat mendaki gunung, dan sebagainya.

Teringat tulisan di poster yang tertempel di resort rinjani di Sembalun, Lombok berbunyi “Kalau pohon terakhir telah habis ditebang, dan tetes terakhir telah habis diminum, ternyata uang tidak dapat dimakan”. Apakah semua orang akan sadar tentang hal ini ??

Saya masih kurang mengerti akan hal ini, siapa yang akan disalahkan aatau siapa yang akan dimintai pertanggung jawaban. “Penikmat alam bebas yang saya bilang orang awam ini adalah orang yang ingin refreshing, dan mereka punya uang. Ada paket wisata menarik dan jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Kenapa dia tidak mencobanya, toh dia mampu membayarnya.” Tidak salah memang.

Dari orang –orang yang membuka paket wisata ini justru kalau saya lihat adalah dari orang-orang yang dulunya adalah pecinta alam juga. Karena hobinya dalam kegiatan petuangan ini, maka dia pun membuat paket wisata. Ada juga dari penduduk setempat juga. Nah disini yang perlu kita garis bawahi adalah, melihat keadaan yang seperti ini siapakah yang akan memberikan sosialisasi atau pengarahan tentang berkegiatan di alam bebas? Tentu jawabannya adalah, yang memberitahu adalah orang yang sudah tau. Dan siapakah orang yang sudah tau? Tentu pecinta alam lah yang harusnya memberikan sosialisasi dan pengarahan.


engkau adalah krisan putih yang tidak hanya mekar ketika musim gugur


Krisan putih untuk menemanimu sahabatku "Fadhlih Akbar"
“Tuhan bersama orang – orang yang berani”, katanya ketika masih berada dalam dimensi yang sama. Seorang sahabat yang tidak akan pernah dilupakan atas semua kejahilannya, ketulusannya, setia kawan, dan loyalitasnya terhadap organisasi yang sama-sama kami masuki. Dalam kenangannmu kukirim sekuntum krisan putih, bersandar disamping plakatmu di pinggir Sungai Elo, Magelang. Tepat hari lahirmu Januari lalu, sebagai tanda ketulusan persaudaraan kita.

Bunga krisan atau seruni memiliki nama latin chrysanthemum merupakan bunga yang mekar pada musim gugur dengan warna bunga yang beraneka ragam. Chrysanthemun berasal dari bahasa Yunani dari kata “Chrys” berarti emas dan “anthemos” yang berarti bunga. Pemberi namanya adalah bapak taksonomi modern yang berasal dari Swedia, yang selalu ada di buku pelajaran biologi waktu SMA dulu, yiatu  Carolus linnaeus.

Krisan putih dan kuning dapat dijadikan teh dan memiliki banyak manfaat antara lain mengobati influenza, sakit tenggorokan, panas dalam, dan membersihkan lever.

Di Perancis bunga krisan adalah bunga pemakaman, dan di Amerika krisan dilambangkan sebagai kegembiraan. Di Indonesia sendiri bunga krisan banyak digunakan untuk dekorasi pernikahan dan dijadikan bunga rumahan. Bunga krisan merupakan bunga tropis yang hidup dengan kelembaban cukup di ketinggian 700-1200 mdpl.

Menurut penjaga toko bunga waktu saya berkunjung, krisan putih melambangkan ketulusan dan cinta kasih. Krisan kuning adalah cinta yang diabaikan. Dan krisan merah digunakan untuk menyatakan cinta.

Tentu pilihan saya adalah krisan putih, bukan bunga kematian, bukan untuk menyatakan cinta namun sebagai wujud ketulusan atas persaudaraan yang selama ini terjalin. Banyak kisah tersimpan dalam foto, ingatan dan tulisan. Kekonyolan, kejahilan, bahwa sesuatu yang menurut orang-orang alay dimana ada keadaan yang dramatis terjadi antara kami. Kawan sejati tak akan hilang walau kita ada di dua dimensi yang berbeda. Yakin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi, tidak di dunia ini. Berbahagialah engkau di surga. Doa kami menyertaimu.

Rabu, 07 Maret 2012

Sembalun punya cerita


Ketakjuban yang kian terkira akan semua kenikmatan yang telah Tuhan persembahan kepada kita bahwa Lombok sebuah pulau yang berada di kawasan Nusa Tenggara Barat, Indonesia yang memiliki beragam pesona yang membuat semua orang terpana. Dari pantainya, masyarakatnya, adatnya, hingga pegunungannya. Memukau di setiap wilayah.
Sembalun merupakan salah satu desa di Lombok Timur yang memiliki keunikan tersendiri. Seperti sebuah koin mata uang yang memiliki 2 kharakter yang menonjol. Kalau siang angin kering yang selalu mengalun seraya menggelitik kulit menyebabkan berwarna memerah hingga menjadi hitam. Suhu dinginnya yang berada pada ketinggian 1000 mdpal ini tidak terasa ketika siang tiba. Namun pada sore hari menjelang malam hingga menjelang pagi, hawa dingin ini merasuki setiap poripori kulit membuat bulu kuduk berdiri dan enggan untuk keluar rumah. Dari segi masyarakatnya pun sama, siang dilakukan adanya semua aktivitas warga mulai sekolah, kerja, atau pun bermain. Sedangkan ketika matahari telah tenggelam jalanan mulai sepi dan semakin malam yang terdengar hanyalah hembusan angin dingin tanpa ada manusia di luar bak kota mati.
Keunikan Sembalun terjadi pada orang – orangnya yang kuat membuat mereka tetap awet muda karena seringnya berolah raga dengan membawa barang yang berat dengan jalan kaki. Seperti layaknya desa, jarak sekitar 3 km pun masih mereka kenal. Dengan sarana sekolah yang memadai apabila dibandingkan dengan fasilitas sekolah di Senaru, maka tak heran bila anak – anaknya cerdas. Sebagai salah satu jalur resmi pendakian gunung Rinjani, tak heran apabila banyak turis mancanegara yang singgah untuk sekedar naik gunung atau menetap sementara untuk mempelajari kebudayaan yang unik ini. Lembaga – lembaga social masyarakat  bermunculan dan masih eksis hingga sekarang. Salah satunya adalah CCDC (Community Cildren Development Center atau lembaga pengembangan anak - anak). Program utamanya adalah membentuk masyarakat yang mampu meningkatkan pengembangan pariwisata, mendukung perkembangan anak di desa tersebut, salah satunya adalah dengan mengajari anak – anak hingga dewasa untuk berbahasa Inggris dengan baik dan benar, mengingat Sembalun adalah desa wisata dan agar regenerasi selanjutnya.
Program dari CCDC ini gratis untuk semua warganya, dan guru yang mengajar adalah dari warga mereka yang memiliki kemampuan berbahasa asing lebih. Mereka memanfaatkan bule – bule (turis mancanegara) untuk singgah dan memberikan mereka penawaran, yaitu dengan cara memberikan mereka penginapan di salah satu rumah warga dan mereka diminta mengajari anak – anak belajar bahasa inggris. Dengan bantuan dari berbagai pihak dalam hal ini lembaga social masyarakat lain yang berada di Sembalun tersebut maka semakin cepat berkembang dan penerimaan masyarakat akan hal ini adalah sangat antusias.
Dukungan terbesar adalah pada anak Sembala (mapala Sembalun) yang mungkin bisa disebut dengan ikatan pemuda – pemudi di daerah tersebut yang memiliki misi dan visi di bidang lingkungan. Tidak hanya naik gunung, namun konservasi mengenai lingkungan selalu mereka lakukan, misalnya adalah penanaman pohon pada salah satu pegunungan gundul yang ada di Sembalun. Anggota dari Sembapala ini bermacam – macam statusnya, seperti guru, mahasiswa, atau pun perangkat desa. Keterbuakaan mereka dalam menerima kami menjadikan kami lebih akrab lagi dan mulai mengenal Sembalun. Apalagi setelah berkunjung di desa Belik yang merupakan desa adat tertua dan satu – satunya yang tersisa di Sembalun.
Desa Belik merupakan desa adat tertua di Sembalun yang belum mengalami perubahan yang drastis hingga saat ini. Kesederhanaan adalah kehidupan yang setiap hari masyarakat lakukan dengan mata pencahariannya adalah petani. Hasil pertanian berupa pertanian organik, yaitu dalam proses penanaman tidak sekalipun menggunakan pupuk atau pun zat kimia. Hasil pertanian berupa beras merah dan sayur-sayuran seperti wortel, cabai, jagung, dan lain-lain. Selain bertani, pendapatan adalah di bidang peternakan yaitu ternak sapi. Sistem barter masih dilakukan di wilayah desa yang memiliki tujuh buah rumah yang menghadap ke selatan sejajar semua dengan satu rumah induk, satu lumbung padi, satu kandang sapi, dan beberapa rumah anak-anak yang sudah menikah. Pada masing-masing rumah terdapat bangunan menyerupai gasebo atau pendopo (kalau di Jogja) yang disebut dengan beruga. Beruga ini memiliki fungsi sebagai tempat yang multifungsi, yaitu mirip dengan rumah adat di Senaru. Beruga selain sebagai tempat penerima tamu, sebagai tempat bersendau gurau dengan sanak saudara, dan juga sebagai tempat upcara. Rumah induk sendiri memiliki keunikan yaitu menyerupai sebuah kotak yang di dalamnya dapat digunakan sebagai dapur, tempat makan, bahkan menjadi tempat tidur. Penerangan yang mereka gunakan adalah lampu dari minyak jarak yang mereka buat sendiri dan tidak mengijinkan adanya listrik di desa ini. Hal ini karena kepercayaan mereka dan sebagai wujud pelestarian akan peninggalan sesepuh (orang tua). Kembali dalam tata ruang tadi, bahwa ruangan kotak tersebut nantinya akan dibagi dua. Sepertiga bagian untuk kamar anak gadisnya yang beranjak dewasa dan tiga perempat untuk anggota keluarga lainnya. Seorang anak perempuan diberikan kamar khusus sendiri yang tandanya siap untuk menikah. Masih dalam hal yang sama, yaitu susunan rumah di desa belik ini menggunakan kayu terbaik di daerah tersebut yang dapat tahan lebih dari sepuluh tahun sebagai tiang penyangga rumah. Kayu penyangga ini haruslah kayu utuh dari satu pohon dan tidak ada sambungan, dengan penguncinya tidak menggunakan paku sama sekali. Untuk itu setiap keluarga yang hendak membangun rumah haruslah menanam pohon terlebih dahulu sekitar minimal 5 tahun. Keunikan lainnya adalah dinding atau tembok dari rumah adat ini, yaitu menggunakan dinding dari anyaman bambu dengan lantai yang berkomposisi kotoran sapi. Tanpa menggunakan perekat semen sama sekali. Atapnya dari rumbai daun ilalang yang dapat bertahan hingga 6 tahun.
Cerita unik di desa Sembalun ini tidak hanya di bidang tata ruang desa adatnya, tetapi juga kebiasaan mereka pada masa muda (lebih tepatnya dahulu kala berasal dari cerita salah seorang warga). Kamar anak perempuan memiliki lubang kecil di dindingnya yang berfungsi untuk menerima atau menolak tamu. Pada waktu remaja, layaknya remaja pada umumnya yang sedang digandrungi oleh virus merah jambu. Apabila hendak apel, seorang laki-laki pada waktu mendatangi perempuan yang akan dinikahi harus memasukkan lidi ke dalam lubang di kamar anak perempuan tadi. Apabila lidi di tarik dari dalam, maka tandanya dia di terima dan boleh masuk rumah. Namun apabila dikembalikan maka tandanya pria tersebut telah ditolaknya. Cara berpacara pun beda dan tidak boleh pegangan tangan sehingga untuk mengungkapkan rasa sayangnya pada perempuan yang dia sayangi dengan cara menulis surat. Untuk mengobrol menggunakan obrolan yang cukup unik yaitu saling balas pantun. Apabila pantun berhenti di pihak perempuan maka dia harus menerima laki-laki tersebut sebagai pacarnya. Namun apabila yang kalah adalah pihak laki-laki maka dia tidak bisa menjadi pacar si perempuan tadi. Akan tetapi, kebudayaan tersebut hanya dapat diceritakan oleh nenek-nenek mereka karena perkembangan jaman pada masa sekarang ini.

Kamis, 01 Maret 2012

i am not a jasmine, but i am a lotus..really??

tulisan ini saya ambil dari note yang saya buat di account facebook saya yang berjudul "tak seperti melati"...rasa-rasanya ingin juga semua orang mengetahuinya tidak hanya orang yang berteman dengan saya di facebook saja...


mengingat seseorang ya katankanlah teman,,,yang bertanya
"kira-kira seandainya,,apabila kamu adalah bunga, maka bunga apa yang kau inginkan???bunga melati? bunga bangkai? atau kah bunga teratai?"
pertanyaan yang ditujukan kepada saya yang waktu itu sedang tidak berbincang dengannya..dan saya sadari bahwa beliau sedang ngobrol dengan rekan saya
yang saya pikirkan pertama kali adalah:
kenapa pertanyaan tersebut ditujukan hanya kepada saya
yang kenyataannya saya sedang tidak ikut dalam obrolan tersebut..dan kenapa saya harus menjawabnya..
ada filosofi dibalik pertanyaan tersebut..walau pun saya menjawab dengan asal dan tanpa berpikir panjang (yah sekitar 1 menit ada lah saya mikir)
"aku kepingin jadi teratai..(sambil mikir dalam hati..klo boleh memilih mending jadi manusia daripada menjadi bunga)"
dan klo misalnya itu dalam ujian..ternyata jawaban saya adalah tepat..dan menurutnya adalah pilihan yang cerdas
kini baru kusadari apa maksud teratai itu...yang hidup hanya bisa di perairan,,ketika orang hendak memetiknya harus basah dan berenang di tengah per-airan..tidak mudah mendapatkan sebuah teratai di sebuah danau yang dalam..
masalah bunganya indah dipandang atau bagaimana itu relatif..saya tidak ingin membahasnya
namun jika memang saya perwujudan dari teratai..saya kurang menginginkannya
yah memang masih dibenarkan pepatah "rumput tetangga selalu lebih hijau"
karena pada kenyataanya saya ingin..ingin dengan mudah semua orang mendekatinya..memetiknya,,,menjadikan pajangan di dalam ruangan...seperti layaknya bunga yang lain...
namun sayang..teratai tetaplah teratai..hanya bisa hidup di air
dimana tidak setiap orang mau untuk mengambilnya
_hikmah yang tak bisa aku ungkapkan_namun hanya bisa aku rasakan_walau ingin sekali kuceritakan_namun sulit untuk mengatakan_cerita di malam hari :D
kenangan sembalun agustus 2009





sudahkah anda berpikir hari ini??

Otak adalah pemimpin di dalam tubuh kita, dimana dia yang akan mengkoordinasikan seluruh syaraf untuk selalu berjaga dan tau kapan menyuruh otot untuk bergerak. Semua itu dijembatani oleh pikiran kita. Dimana pikiran kita ini kadang sering berhianat. Pikiran meminta sesuatu hal harus jadi saat ini juga, padahal otak belum menyuruh otot untuk melaksanakannya. Hasilnya adalah seperti seorang pemalas, ada kemauan namun tak ada perbuatan. Tubuh kita bagaikan bumi, dan organ ditubuh kita ini adalah makhluk yang sangat beragam. Memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda walau tujuannya sama yaitu menjaga bumi ini. Yaitu sebagai upaya untuk bertahan hidup. Ada makhluk yang kadang kala sering berhianat. Dia adalah hati. Pernahkah kalian berfikir, bahwa sering isi hati berselisih dengan isi pikiran. Otak adalah kepala rumah tangga, dia adalah orangg tua dari si hati dan pikiran. Ketika anak-anak sedang berselisih paham, tentunya otak sangat bijaksana dengan tidak memerintahkan otot untuk bergerak.

Sudahkan engkau berfikir mengenai hari esok? atau sudahkan engkau mengevaluasi apa yang terjadi hari ini?

merindukan alam negeri ini..


berada di ketinggianMu

Bagaikan di negeri awan. Kala itu sekitar pukul 11.20 wib menikmati angin yang menggelitik kulit ari kita. Serasa melayang jauh ke atas. Dikelilingi oleh kepulan asap putih. Berada pada ketinggian 3145mdpl waktu itu.  
Merindukan dinginnya alam ketika itu. Pada ketinggian Tuhan. Bersama pinus yang berjajar. Pelan-pelan terlihat padang rumput yang begitu luas. Bergoyang tertiup angin. Sedikit basah waktu kucoba untuk menyentuhnya. Rupanya ini adalah sisa embun dini hari tadi.
Sulit memejamkan mata. Rasanya tak ingin sedikit pun melewatkan pemandangan yang menakjubkan ini. Karya Tuhan yang dapat kita abadikan melalui foto atau pun cerita.
Semakin rendah kira berjalan, semakin kita takjub akan kuasa Nya. Hamparan eidelweis berwarna violet nampak cantik. Serasa menggoda kita untuk mendekatinya. Peluh keringat dan kaki yang mulai tertatih, tiba-tiba terasa menghilang.
Tiba-tiba di atas sana terlihat seekor burung berwarna hitam dan berukuran besar terbang di atas kami. Hinggap pada sebuah dahan pohon. Kuamati dengan seksama, terkejut. Ternyata itu adalah seekor burung elang. "Elwa" orang biasa menyebutnya. Singkatan dari elang jawa.

My favorit place