|
Pengecekan alat sebelum melakukan penelusuran gua vertikal |
“kalau aman pasti akan nyaman, tapi kalau nyaman belum tentu aman”,
kata-kata yang selalu saya ucapkan kepada teman-teman sewaktu melakukan
kegiatan alam bebas. Kalimat yang saya kutip dari reklame di jalan raya, ketika
saya melaju di daerah ring road barat Yogya.
Saya bukanlah penggiat kegiatan
alam bebas yang profesional atau dibilang sudah mahir. Saya juga bukan yang
berkegiatan dengan modal nekad dan kemauan saja. Saya belajar banyak dari
organisasi yang saya masuki, MAPAGAMA. Sebuah organisasi pecinta alam yang
mengajarkan saya banyak hal. Mulai dari safety operasional procedure ketika
kita berkegiatan di alam bebas, belajar bagaimana memanajemen suatu kegiatan
besar agar lancar dan aman, belajar berorganisasi, dan belajar bagaimana
caranya kita bergaul satu sama lain. Saling mempelajari karakter dalam sebuah
tim, dan tau bagaimana memposisikan diri.
Saya lebih menyukai mencari
pengalaman dari pada sekedar belajar dari pengalaman. Di Mapagama banyak
kegiatan saya ikuti, banyak mengenal alam dan orang-orang baru, pergaulan yang
keras. Keras dalam kita bebas meng-ekspresikan apa yang kita inginkan dan kita
pikirkan. Kita bahas bersama-sama, kita satukan tujuan kita dengan musyawarah.
Tidak hanya fisik yang dilatih terus menerus, namun juga mental saya rasakan
mulai berubah menjadi lebih kuat lagi.
Tulisan ini hanya salah satu
wujud bahwa sampai detik ini pun saya tidak kecewa dengan ikut ke dalam
organisasi pecinta alam. Sebenarnya banyak sekali kesempatan yang muncul ketika
saya tergabung di organisasi pecinta alam ini. Kesempatan negatif dan juga
kesempatan positif. Hanya saja, semua dikembalikan kepada diri kita
masing-masing, kesempatan mana yang akan kita ambil. Tidak ada keharusan,
karena ini adalah suatu proses. Proses dimana ada rasa ingin mencoba, proses
ketika kita mulai memilih untuk mendalami. Bagi saya kesempatan positif pun
banyak sekali hambatannya.
Kesempatan positif menurut saya
adalah pengalaman berkegiatan secara aman dan nyaman dan juga belajar
berorganisasi. Sebagai pecinta alam kita dapat mengaplikasikan tri dharma
perguruan tinggi dalam setiap kegiatan. Pendidikan diajarkan disetiap
organisasi pecinta alam sebagai bekal teori sebelum kita berkegiatan.
Peningkatan skill, latihan fisik juga selalu dilakukan secara rutin untuk
menjaga stamina. Peneilitian dan pengabdian pun selalu dipraktekkan di setiap
kegiatan besar dengan pengemasan yang baik.
Kesempatan negatif menurut saya
lagi adalah pergaulan sebagai pecinta alam. Sebagai seorang yang merdeka,
memiliki kebebasan. Bebas ber-ekspresi, bebas melakukan apa yang dia mau. Pada
prinsipnya adalah ketika dia tidak diganggu maka dia tidak akan diganggu. Namun
budaya akan kebebasan inilah yang menjadi kebiasan buruk dengan minum minuman
keras adalah minuman sehari-hari atau minuman wajib disetiap kegiatan.
Berkelakuan seenak hati yang menurutnya “ya ini adalah gaya ku” yang tanpa disadari bahwa itu
mengganggu orang lain. Saya senang dan menyukai gaya atau penampilan pecinta alam, yang
dengan percaya diri memakai apa pun yang dia punya. Yang mudah beradaptasi dan
tidak perlu bingung mau seperti apa. Namun saya tidak menyukai gaya hidupnya. Namun itu
semua dikembalikan lagi ke diri kita masing-masing. Kita mau ambil kesempatan
yang mana saja dengan satu tujuan yang pasti sebagai pecinta alam.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
kesempatan negatif memang jelas terlihat bahkan sedah membudidaya di kalangan
pecinta alam. Tapi sekali lagi, “negatif” dan “positif” disini masih sekedar
asumsi saya. Tentu tidak semua orang akan sependapat. Karena baik dan buruk itu
tidak ada yang pasti. Tidak seperti kita bermain matematika ketika ditanya 1 +
1 = 2.
Pecinta alam pada dasarnya adalah
orang yang memahami alam, belajar hidup dari alam, dan hidup beriringan dengan
alam. Tidak merusak bahkan mengotorinya. Setiap pecinta alam pasti akan
berjalan dengan tiga slogan berikut. “Tidak
mengambil apa pun kecuali gambar, tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak
kaki, dan tidak membunuh apapun kecuali waktu”. Pecinta alam yang tidak
mengerti bahkan tidak berjalan atas kalimat tersebut apakah masih pantas
dinamakan pecinta alam?hem…mari kita intropeksi diri.
Sekarang ini kegiatan ekstrem
atau kegiatan alam bebas banyak dilakukan oleh orang awam (tidak mengerti
safety operasional prosedure). Hanya satu syaratnya, yiatu dia punya uang.
Dengan uang semua dapat dilakukan. Mau arung jeram, mendaki gunung, panjat
tebing, menyelam, bahkan menyusuri gua sekali pun. Mereka lupa dengan persiapan
dan peralatan yang mendukung. Karena kita semua tau, resiko dari kegiatan alam
bebas sanga besar. Tiap tahun saja pasti akan mendengar bahkan membaca berita
di koran atau manapun berita tentang kecelakaan orang yang sedang berkegiatan
di alam bebas. Seperti tenggelam di sungai saat arung jeram, meninggal saat
mendaki gunung, dan sebagainya.
Teringat tulisan di poster yang
tertempel di resort rinjani di Sembalun, Lombok
berbunyi “Kalau pohon terakhir telah
habis ditebang, dan tetes terakhir telah habis diminum, ternyata uang tidak
dapat dimakan”. Apakah semua orang akan sadar tentang hal ini ??
Saya masih kurang mengerti akan
hal ini, siapa yang akan disalahkan aatau siapa yang akan dimintai pertanggung
jawaban. “Penikmat alam bebas yang saya bilang orang awam ini adalah orang yang
ingin refreshing, dan mereka punya uang. Ada
paket wisata menarik dan jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Kenapa dia
tidak mencobanya, toh dia mampu membayarnya.” Tidak salah memang.
Dari orang –orang yang membuka
paket wisata ini justru kalau saya lihat adalah dari orang-orang yang dulunya
adalah pecinta alam juga. Karena hobinya dalam kegiatan petuangan ini, maka dia
pun membuat paket wisata. Ada
juga dari penduduk setempat juga. Nah disini yang perlu kita garis bawahi
adalah, melihat keadaan yang seperti ini siapakah yang akan memberikan
sosialisasi atau pengarahan tentang berkegiatan di alam bebas? Tentu jawabannya
adalah, yang memberitahu adalah orang yang sudah tau. Dan siapakah orang yang
sudah tau? Tentu pecinta alam lah yang harusnya memberikan sosialisasi dan
pengarahan.