Rabu, 21 Desember 2011

Pulau sempu

Malang menyuguhkan beragam pariwisata mulai dari wisata alam, budaya, kulinernya hingga bahari. Tak heran bila bagi kebanyakan orang kota Malang yang sering disebut dengan "kota bunga" ini menjadi kota favorit saya,

Menuju Stasiun Malang Baru dengan kereta api matraremaja (maklum saja duitnya emang cukup untuk transportasi yang seadanya) dari Solo. Bersama dua orang teman yang memang sengaja waktu itu ingin menghabiskan pekan bersama dan tidak di kota Jogja terus-terusan. Akhirnya muncul ide ke pulau Sempu. 

Transportasi yang sangat mudah dengan biaya yang cukup murah membuat saya tergiur dan ingin segera melaksanakannya. Dengan bus patas Eka dari pertigaan Janti (Jogja)- Terminal Tirtonadi (Solo) kurang lebih 3 jam yaitu sekitar pukul 11 malam. Sengaja mengambl waktu tengah malam karena kami ingin naik kereta api ekonomi matraremaja  yang biasanya datang tengah malam bahkan bisa-bisa telat hingga 4 jam. 

Pilihan jalan kaki menuju stasiun Jebres pun kami ambil mengingat susahnya angkutan umum saat tengah malam, kurang lebih 2o menit kami berjalan menyusuri jalanan malam kota Solo. Yang terlihat waktu itu hanyalah warung angkringan dan beberapa warung lesehan yang masih buka, selain itu hening.

Sampai di jebres dan membeli tiket tibalah saatnya naik kereta api yang paling dinantikan. Hari itu adalah hari kamis, sengaja kami pilih agar jalan-jalannya lebih puas. Kereta api jurusan Jakarta- Surabaya ini selalu padat penumpang (tidak seperti sekarang yang sudah lebih rapi dan tidak ada yang berdiri). Untuk jalan-jalan di tengah gerbong pun kami tak sanggup apalagi duduk. Perjalanan kurang lebih 6 jam itu mengharuskan kami untuk dapat beristirahat di kereta agar pagi harinya ketika sampai badan kami sudah kembali segar. Pilihan yang tepat tentunya di sambungan gerbong kereta api. Itupun tidak hanya kami bertiga, masih banyak orang yang ikut berdesak-desakan. Lalu lalang pedagang yang membuat kami harus gonta-ganti tempat. Asal tau saja,, pengalaman naik kereta ekonomi selalu lebih menarik dan berbeda-beda di setiap kesempatan. Bila engkau tidak mencobanya, akan menyesalinya:)

Berkenalan dengan seorang bapak yang dulunya angkatan darat dan sedang mudk menemui keluarganya di Malang. Bertemu dengan pedagang makanan kecil hingga dia menghafal masinis dan teknisi lainnya. Bertukar pengalaman unik ketika beliau berada di semarang, dan lain-lain.
Pendek kata kereta kami telah sampai di Malang kota. Kami pun melanjutkan dengan sarapan pagi kemudian naik angkot dua kali menuju Pasar Turen. Dari pasar Turen tak lengkap bila tidak menikamati bakso di depan pasar yang begitu terkenal dengan sebutan bakso Arema. Sepanjang perjalanan baik anak kecil maupun orang tua adalah aremania..lagu-lagu mengalun dari angkot atau pun pertokoan. Dari pasar Turen kami naik angkot kecil menuju Pantai Sendang biru.

Pantai Sendang biru
Pelangi dari pantai Sendang biru


Agar perahu awet, harus di cat ulang..tapi untuk menghilangkan cat yang lama di bakar dulu
Nelayan sedang nge-cat perahunya agar awet
Jalanan yang berkelok-kelok mampu membuat badan kami saling berhimpit dengan penumpang lainnya, ya karena angkot tersebut tidak akan berangkat apabila penumpangnya tidak penuh. perjalanan kurang lebih 1,5 jam membuahkan hasil. 

Pantai sendang biru merupakan perkampungan nelayan. Setelah melakukan perijinan maka kami pun menikmati pemandangan sore itu di pantai sendang biru sekalian menantikan matahari terbenam.

Suasana yang khas karena nelayan di sore hari istirahat. Anak-anak bermain bola, beberapa nelayan sibuk nge-cat kapalnya, dan ibu-ibu yang berkumpul bercengkrama dengan keluarga mereka. Untuk sampai di pulau Sempu kami harus menyebrang menggunakan kapal nelayan dengan tarif kurang lebih 120 ribu. Berhubung kami bertiga maka kami memutuskan untuk bermalam di Sendang biru, setelah itu pagi harinya baru menyeberang sambil mencari rombongan yang sekiranya dapat kita boncengi.
Waktu sore hari itu kami habiskan dengan makan bakso penthol hingga puas dan makan ikan hasil tangkapan nelayan.

Pukul 6 pagi setelah sarapan pagi, akhirnya kami menyeberang pulau menuju Sempu. 
Petualangan pun baru dimulai disini. Berhubung saya pertama kalinya datang kesini, bayangan saya pun indah sekali. Naik perahu, trus sampai ke pulau sempu berjemur dan berenang.
Ternyata kami harus jalan kaki kurang lebih 2-3 jam ditengah hutan bakau dengan kondisi tanah yang berlumpur. (kami sarankan ke pulau Sempu ketika musim kemarau). Jalanan yang licin, lumpur yang ada beberapa yang dalem, membuatku berpikir bahwa pulau ini biasa saja. Ketika melihat air yang berwarna biru barulah saya sadar bahwa ini menakjubkan.

Segara anakan yang terlihat membiru dengan pasir putihnya. Tanpa berpikir panjang, saya pun berlari ke arah pantai tersebut dan merendam tubuh letih saya. ber-snokling ria menyusuri pulau tersebut. Berfoto-foto. Pengorbanan yang tidak sia-sia. 

Air yang jernih dengan pasir putihnya
Air laut masuk melewati batu karrang. Terdengar suaranya yang gemuruh dan air yang memancur ke atas  (sayang fotonya kurang jelas)

Nih tenda kami dilihat dari atas bukit dan segara anakan

Sore hari enaknya maen bola setelah seharian berjemur, berenang di pantai, snorkle

you can see that

Tidak ada komentar:

Posting Komentar