Luweng Ombo
Mendengar luweng Ombo
bagi kebanyakan penggiat penelusuran gua pasti mengiranya di Pacitan, Jawa
Timur. Beragam gua vertical maupun gua horizontal menyebar di pegunungan
seribu. Kawasan karst yang luas membentang dari Panggang, Gunung Kidul ke timur
hingga Tulung Agung Jawa Timur. Ciri karst Gunung Sewu adalah jajaran bukit
karts yang menyebar di seluruh kawasan karst terutama di daerah Wonogiri, Jawa
Tengah dan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gua vertical sering
disebut dengan luweng karena bentuknya menyerupai sumur (luweng dalam bahasa
Jawa). Sebagai daerah yang terkenal dengan bentuklahan asal proses solusional,
yaitu pelarutan batuan maka Gunung Kidul sering dikunjungi peneliti maupun
penggiat caving dari mana pun, tak terkecuali kami. Kami yang terdiri dari
tujuh orang yaitu Bekti, Fahmi, Zul, Kukuh, Adi, Incem, dan Viema adalah
anggota aktif MAPAGAMA (mahasiswa pencinta alam UGM) mengadakan ekplorasi ke
daerah Kemiri, lebih tepatnya adalah dusun Wates, Kemiri, Playen, Gunung Kidul.
Banyak gua ditemukan di daerah ini, seperti misalnya adalah luweng Ombo yang
kami telusuri waktu itu.
Luweng Ombo merupakan
Sinkhole yang terbentuk atas colap atau reruntuhan dinding sehingga membentuk
sumuran dengan diameter yang luas, kira-kira 60 an meter. Bentukannya
menyerupai gua Jomblang, Semanu yang begitu familier di kalangan penggiat
caving namun tidak selebar gua Jomblang. Dasang luweng Ombo ini pun terdapat
vegetasi berupa semak belukar, dan dindingnya dipenuhi dengan lumut. Sewaktu
musim hujan, dasar luweng Ombo ini digenangi air. Berhubung kami datang di
musim kemarau, maka air pun tidak ada yang menggenang. Hampir sebagian besar
dasar luweng Ombo ini berupa tanah gembur, yang merupakan pelapukan dari batuan
kapur yang runtuh. Berbagai stalatit yang menggelantung di dinding gua dipenuhi
oleh kelelawar yang ukurannya lumayan besar. Di dasarnya terdapat beberapa
lubang yang diperkirakan kubangan yang dibuat oleh manusia untuk mengambil
fosfat. Hal ini terlihat dari adanya jejak kaki dan kubangan yang lumayan
besar, tidak seperti kubangan yang dibuat oleh hewan. Disamping itu, sewaktu
kami menuruni luweng Ombo ini, di sisi kanan kami, yaitu di dinding luweng
terdapat tapi tampar yang masih menggantung dan kemungkinan sudah lama
terpasang di situ dikarenakan warnannya yang sudah using. Selain itu ditemukan
pula sebuah webbing yang menggantung di salah satu ornament gua dengan sebuah
carabiner yang sudah using pula. Di sampingnya ditemukan tangga yang terbuat
dari bamboo menggelantung di tengah – tengah dinding luweng tersebut. Sungguh
perjuangan yang berat menuruni luweng dengan alat seadanya dan tidak aman,
“demi” dapat mengambil fosfat yang berada di dinding dan dasar gua (pikirku
waktu itu). Luweng Ombo memeliki kedalaman kurang lebih 70 an meter long picth.
Dengan pohon jati sebagai tambatan utama, dan di back up dengan besi yang sudah
terdapat di sana, juga pohon yang kuat untuk mengampu beban kurang lebih 90 kg.
Berikut ini beberapa
foto yang dapat kami ambil di luweng Ombo. Oya sebagai tambahan, di sekitar
luweng terdapat camping ground atau setidaknya tanah lapang yang datar dengan
rerumputan hijau yang dapat menampung hingga 12 tenda/ dome isi 6 orang. Di
sekitarnya pohon kelapa, semak belukar, dan juga tegalan dari masyarakat
setempat menambah menariknya daerah ini untuk dikunjungi. Dengan jarak tempuh
dari Jogja hingga luweng yang tidak sampai 1,5 jam saja. Motor dapat dititipkan
ketempat penduduk di rumah terakhir.
camping ground yang luas dan datar |
vegetasi berupa semak belukar di dasar luweng Ombo |
cahaya alamnya cocok buat latihan fotografi gua |
bergantung pada seutas tali menuruni luweng Ombo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar